Sujud syukur merupakan satu
kebiasaan yang dikerjakan oleh Rasulullah saw. ketika beliau memperoleh anugrah
nikmat dari Allah swt.. Sebagaimana dalam riwayat berikut.
عَنْ اَبِى بَكْرَةً اَنَّ النَّبِيَّ ص.م. كَانَ إِذَا اَتَاهُ اَمْرٌ يَسُرُّهُ اَوْ بُشْرَى بِهِ خَرَّ سَاجِدًا شُكْرًا ِللهِ
Dari Abu Bakrah, “Sesungguhnya
apabila datang kepada Nabi saw sesuatu yang menggembirakan atau kabar suka,
beliau langsung sujud berterima kasih kepada Allah. (H.R. Abu Dawud dan Tirmizi).
Syarat-syarat sujud syukur
sebagaimana syarat salat, seperti suci dari hadas dan najis, menghadap ke
kiblat serta menutup aurat. Sedangkan rukun sujud syukur, yaitu: 1) Niat, 2)
takbiratul ihram, 3) sujud, dan 4) memberi salam sesudah duduk.
Lafal yang dibaca ketika melakukan
sujud syukur adalah
رَبِّى اَوْزِعْنِى اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِى
اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَه وَاَدْخِلْنِى بِرَحْمَتِكَ فِى عِبَادِكَ الصَّلِحِيْن
"Ya Tuhanku berilah aku ilham
untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan
kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau
ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu
yang saleh. (Q.S.
An-Naml [27]: 19)
Lafal sujud syukur ini adalah doa
Nabi Sulaiman a.s. yang diabadikan dalam Al-Qur’an Surah an-Naml: 19. Ketika
itu Nabi Sulaiman a.s. tersenyum mendengar percakapan semut yang hendak
melindungi diri karena kedatangan pasukan Sulaiman melewati sarangnya. Oleh
karena itu Nabi Sulaiman bersyukur kepada Allah swt. atas ilham yang telah
dianugerahkan-Nya kepada Nabi Sulaiman.
Sujud syukur juga sering dilakukan
oleh para sahabat Nabi. Sebagai contoh adalah Abu Bakar as-Sidik melakukan
sujud syukur ketika mendengar kematian Musailamah al-Kazab; kemudian Ali bin
Abi Talib bersujud syukur ketika menemukan mayat Dzat Tsudayah diantara
orang-orang khawarij yang tewas terbunuh; Ka’ab bin Malik melakukan sujud
syukur ketika mendengar berita tentang tobatnya diterima oleh Allah swt.
2. Sujud Sahwi
Sujud sahwi yaitu mengerjakan sujud dua kali
yang dikerjakan sebelum salam setelah selesai membaca bacaan tasyahud akhir.
Sujud ini dilakukan karena ada keraguan atau ada yang terlupa dalam mengerjakan
salat.
Sebab-sebab dilakukannya sujud sahwi adalah sebagai berikut.
- Kekurangan atau kelebihan rakaat, rukuk, atau sujud karena lupa. Apabila kekurangan maka jumlah rakaatnya dipenuhi dahulu.
- Ragu-ragu (syak) tentang bilangan rakaat yang telah dikerjakan.
- Lupa belum membaca tasyahud awal
Sebab-sebab dilakukannya sujud
sahwi adalah sebagai berikut. Cara melaksanakan sujud sahwi
adalah sebagai berikut.
- Apabila merasa ragu akan bilangan rakaat, maka pilihlah yang paling sedikit, kemudian disempurnakan jumlah rakaatnya, kemudian sujud sahwi sebelum memberi salam.
- Apabila jumlah rakaatnya kurang, maka harus dicukupi terlebih dahulu.
- Apabila belum membaca tasyahud awal, setelah teringat dan belum berdiri tegak, masih boleh mengerjakan tasyahud awal. Akan tetapi bila sudah terlanjur berdiri tegak, tasyahud awal dilampaui saja.
Bacaan pada saat melaksanakan
sujud sahwi adalah
سُبْحَانَ مَنْ لاَ يَنَامُ وَلَا يَسْهُوْا.
Artinya: ”Mahasuci Allah
swt. yang tidak tidur dan tidak lupa.”
Sujud sahwi dilakukan sebelum
salam, tetapi boleh juga dilakukan sesudah salam. Hukum sujud sahwi adalah
sunah. Sujud sahwi dilakukan sama dengan sujud rukun, yaitu dua sujud dengan
duduk di antara kedua sujud yang bacaannya sama dengan duduk di antara dua
sujud pada waktu salat.
3. Sujud Tilawah
Sujud tilawah artinya sujud bacaan, yaitu sujud
yang sunah dikerjakan ketika seseorang membaca ayat-ayat sajdah. Begitu pula
orang yang mendengar bacaan ayat-ayat tersebut. Apabila ayat-ayat sajdah dibaca
dalam salat, maka apabila imam melakukan sujud tilawah, makmumnya juga
mengikuti untuk sujud tilawah. Akan tetapi apabila imam tidak membaca sujud
tilawah, yang mendengarkan tidak disunahkan sujud.
Ayat-ayat sajdah adalah ayat-ayat
yang memuat lafal سَجَدَ – يَسْجُدُ – أَسْجُدُ .
Dalam sebuah hadis, Tirmizi
meriwayatkan sebagai berikut.:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ ص.م.
كَانَ يُقْرَأُ عَلَيْنَا الْقُرْأَنَ فَإِذَا مَرَّ بِالسَّجْدَةِ كَبَّرَ
وَسَجَدْنَا مَعَهُ (رواه الترمذى)
Dari Ibnu Umar, “Sesungguhnya Nabi
saw. Pernah membaca Al-Qur’an di depan kami. Ketika bacaannya sampai pada ayat
Sajdah, beliau takbir, lalu sujud, maka kami pun sujud bersama-sama beliau.” (H.R. Tirmizi).
Adapun bacaan untuk sujud tilawah
adalah
سَجَدَ وَجْهِىَ لِلَّذِى خَلَقَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِه.
Aku sujud kepada Tuhan yang
menjadikan diriku, Tuhan yang membukakan pendengaran dan penglihatan dengan
kekuasaan-Nya. (H.R.
Tirmizi).
Syarat-syarat sujud tilawah
sebagaimana syarat salat, seperti suci dari hadas dan najis, menghadap ke
kiblat serta menutup aurat. Sedangkan rukun sujud tilawah di luar salat, yaitu:
1) Niat, 2) takbiratul ihram, 3) sujud, 4) memberi salam sesudah duduk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar