Diskusi merupakan pembicaraan antara dua orang atau lebih. Pembicaraan
ini bertujuan mencari kesepakatan dalam memecahkan suatu masalah.
Diskusi akan berjalan lancar jika:
1)peserta mengetahui tujuan diskusi;
2)peserta memahami masalah yang didiskusikan;
3)peserta menghormati pemimpin diskusi;
4)pemimpin diskusi mampu memimpin acara diskusi dengan adil.
Setelah menentukan bentuk forum diskusi, maka langkahlangkah selanjutnya adalah sebagai berikut.
a.Pemandu/pemimpin diskusi membuka acara.
b.Penyampaian permasalahan oleh pembicara/pemimpin diskusi.
c.Mendiskusikan kemungkinan cara memecahkan masalah tersebut.
d.Pemilihan cara pemecahan masalah.
e.Pemandu/pemimpin diskusi menutup acara hari ini.
Berikut ini cara menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan.
Contoh menyampaikan persetujuan.
1)Menurut pendapat saya, usul Saudara sangat tepat. Saya setuju dengan usul tersebut!
2)Jika hal itu dipandang baik, saya setuju saja.
3)Baiklah, saya sependapat dan menyetujuinya.
Contoh menyanggah dalam diskusi.
1)Bagaimana mungkin suasana itu akan selesai. Sebaiknya diteliti terlebih dahulu.
2)Saya menyangsikan, bagaimana? Setujukah Saudara?
3)Saya tidak terlibat, sebab saya baru tahu sekarang.
Contoh menyampaikan penolakan.
1)Saya sangat tidak setuju, baca saja OR.
2)Benarkah harga itu? Bagaimana oleh pemimpin diskusi?
3)Wah, jangan saya deh!
Sumber :
Maryati; Sutopo. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia 2 Jakarta: Pusat Perbukuan, Departement Pendidikian Nasional
Bab 8 halaman 68-69
Untuk membahas suatu masalah, dilakukan berbagai diskusi. Dalam kegiatan
ini kamu akan berlatih berpendapat dan menyanggah pendapat/menolak usul
yang ada dalam diskusi. Kamu akan memperbincangkan masalah sinema
remaja yang ditayangkan televisi dalam suatu diskusi.
Aktivitas pembelajaran yang harus kamu lakukan untuk menguasai
kompetensi menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat
dalam diskusi disertai bukti adalah (1) mengungkapkan persertujuan
dengan alasan; (2) mengungkapkan sanggahan dengan alasan; (3)
mengungkapkan penolakan dengan alasan, dan (4) mengomentari proses
diskusi.
Sebagai bahan diskusi, bacalah dua teks berikut!
Sinema Remaja Tayangan Televisi Kita
Setelah sukses A2DC menyedot pemirsa remaja, banyak sineas dan produser
melirik pasar baru untuk bisnis hiburannya. Akibatnya, jangan heran jika
puluhan sinema remaja setiap pekannya diputar di berbagai stasiun
televisi lokal. Semua bercerita tentang remaja. Persoalannya, bagaimana
dengan muatan yang dibawa sinema-sinema tersebut?
Wow, remaja adalah pasar yang potensial. Berdasarkan cacatan dari Biro
Pusat Statistik, pada tahun 1994 saja, peraentase remaja usia 15--24
tahun di Jakarta dari total penduduknya adalah 26,58%.
Yang terbesar kedua adalah Surabaya, 12,72%. Di wilayah Bogor,
Tangerang, Bekasi, dan Bandung kalau dijumlahkan mencapai 20,47%. Dan
saat dilakukan survei oleh BPS waktu itu, jumlah remaja Indonesia di
kota-kota besar sekitar 4,2 juta jiwa. Maka kalau sekarang persentase
itu dianggap tetap, dengan jumlah yang semakin meningkat, maka wajar
dong kalau mau mengeruk pasar di wilayah itu menjadi amat potensial.
Belum lagi kalau melihat tipe remaja sekarang, yang cenderung nyantai
dan hobi hura-hura, maka sesuai banget dengan tema-tema yang diangkat ke
layar kaca. Kamu bisa ngeliat dalam layar kaca karakter anak belasan
tahun. Biasanya nih, hura-hura, senang berkumpul dengan teman-teman,
berbusana kasual, eksentrik, dan keluyuran ke mal. Sementara tentang
kegiatan di waktu luang? Ya, keluyuran ke mal, ke diskotik, dan
restoran-restoran fast food. Dan yang sudah 20--25 tahun, aktivitas
waktu luangnya adalah jalan-jalan bersama pacar, seperti nonton film, ke
diskotik, pub, restoran, dan mal.
Bagaimana pendapat remaja tentang sinema remaja dalam tayangan televisi?
“Sinema-sinema remaja yang ada sekarang aku rasa cukup bagus. Aku
memang sering ngikutin. Produk impor yang paling aku suka ya, Meteor
Garden,” ujar Ferry, salah seorang siswa SMU. Berbeda dengan Ferry,
Hasan berujar, “Saya tidak suka dengan sinetron remaja sekarang, karena
isinya bertentangan dengan moral agama, serta menggiring remaja untuk
menjadi orang yang bebas ,” ujar Ahmad Hasan salah seorang remaja. Aku
melihat memang ceritanya nggak realistis sih, dan terasa diada-adakan
saja. Jauh sih dari kehidupan yang sebenarnya,” lanjut Hasan.
Oke deh, gimana juga, ini adalah sebuah fenomena. Ini masalah yang
kompleks. Di satu sisi, bagi sebagian remaja, sinema remaja di televisi
hanya dipandang sebagai alternatif hiburan, tapi sebagian yang lain
dianggap sebagai ancaman. Meskipun demikian, tentunya kita bisa berpikir
lebih jernih, bahwa yang terpenting dari persoalan ini adalah soal isi,
alias muatan budaya yang diemban dalam sinemasinema tersebut.
Sebenarnya, bukan karena sineas kita nggak bisa bikin sinetron yang
bagus. Menurut mereka bikin sinetron yang realistis cenderung tidak
laku. Sinetron yang disukai remaja adalah sinetron yang mengumbar
kemewahan atau menebar horor. Dengan demikian sineas kita cenderung
mengutamakan keuntungannya daripada mendidik remaja kita melalui layar
kaca.
Usia Remaja Paling Rawan
Apa-apa yang ditayangkan televisi secara terus-menerus akan membuat
orang mengikutinya. Contohnya saja iklan “siapa takut”. Orang-orang
ikutikutan menggunakan “siapa takut” dalam perbincangan sehari-hari. Hal
ini juga terjadi waktu orang berbondong-bondong mengidentifikasikan
diri dengan tokoh di televisi. Pada masa lalu, misalnya, orang
beramai-ramai mengikuti gaya Elvis Presley. Demikian juga orang akan
terbawa untuk
meniru busana maupun gaya tokoh di televisi.
Adapun usia remaja merupakan usia yang paling rawan terkena pengaruh.
Pada usia antara 13—18 tahun atau setingkat SMP-SMA itu anak-anak sangat
rentan untuk terpengaruh perilaku yang ditontonnya. Remaja juga rentan
terlibat NAZA, pergaulan bebas, dan sebagainya. Ada perubahan sistem
hormonal yang memengaruhi alam pikir, rasa, dan perilakunya. Maka kita
harus lebih perhatian dalam menjaga mereka.
Lebih jauh Dadang mengingatkan, pengaruh televisi yang sifatnya audio
visual memang lebih besar ketimbang audio pendengaran atau bacaan. Jadi,
remaja kita yang gemar nonton film yang serba memperbolehkan semua
perilaku bebas, akan beranggapan bahwa perilaku itu diperbolehkan.
Remaja kita akan beranggapan bahwa berpacaran heboh dan gonta-ganti
pacar adalah sesuatu yang biasa. “Pendek kata, mereka akan terimitasi,
itulah way of life yang dianggap layak diikuti,” cetus psikiater yang
banyak berhubungan dengan masalah remaja ini.
Menurutnya, jika sesuatu disampaikan berulang-ulang secara konsisten
dengan pesan yang kurang lebih sama, bisa diprediksi akan terjadi
perubahan budaya sesuai dengan yang disampaikan. Dia juga menekankan
bahwa perilaku yang ditiru remaja dan anak-anak tidak sekadar bersifat
fisik dan verbal. Tapi lebih dari itu, mereka memang sudah dimasuki
nilai-nilai yang dianut atau diperankan oleh tokoh-tokoh dalam
film/sinetron yang ditontonnya itu.
Setelah membaca teks tersebut, diskusikan dalam kelompokmu hal- hal berikut!
a. Temukan informasi yang paling menarik dari kedua teks tersebut!
b. Temukan pendapat yang didukung oleh alasan yang sangat kuat!
c. Temukan pendapat yang didukung oleh data paling kuat!
d. Temukan pendapat yang alasan pendukungnya rendah atau tidak ada!
Dari catatan inilah kamu dapat membandingkan isi berita dari topik yang sama pada
dua sumber yang berbeda.http://virgoviies.blogspot.com/2011/04/persetujuan-sanggahan-dan-penolakan.html
sumber :